Oleh : Abdul Rosyid (ochid)
Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Malang
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Cabang Malang Komisariat ”Aufklärung” Teknik UMM
1. ABSTRAKSI
Manusia adalah mahluk yang sempurna yang dapat berubah menjadi manusia, binatang, tumbuhan, bahkan bisa melebihi sifat setan dan malaikat. Komponen yang dapat membuat perubahan tersebut adalah Ruh1. Manusia terdiri dari tiga unsur yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pertama, ruh tumbuhan yang mempunyai sifat makan, minum dan berkembang biak, kedua, ruh binatang yang bersifat mengamati dengan panca indra dan bergerak, Ketiga, ruh manusia yang bersifat berfikir (manusia dianugrahkan akal fikiran dan budi pekerti). Untuk menuju perubahan – perubahan tersebut setiap manusia selalu di berikan pilihan – pilahan hidup yang akan mengarahkan kemana perubahan itu akan terjadi, Apakah menjadi tumbuhan yang selama hidupnya dan tujuan hidupnya untuk makan atau menjadi binatang yang selalu ingin bergerak sesukanya tanpa dipertimbangkan terlebih dahulu dalam hidupnya ataukah menjadi manusia yang selalu berfikir untuk menuju aufklarung (pencerahan).
Dalam argument moralnya Immanuel Kant berpendapat bahwa manusia mempunyai perasaan moral yang tertanam dalam jiwa dan hati sanubarinya. Oleh karena itu manusia di lahirkan untuk menjalankan perbuatan baik dan menjahui perbuatan buruk yang dititipkan parameter dan pembagiaannya dalam qolbu setiap manusia. Akan tetapi dengan seiringnya waktu yang membuat bertambahnya pengalaman dan pengetahuan kita menyebabkan manusia menemui situasi khozul fikri antara nafsu dan qolbu. Dimana nafsu akan mendesak akal untuk mencari argument yang kuat agar yang diinginkan nafsu dapat terpenuhi.
Situasi seperti inilah yang menyebabkan manusia t
erjerumus dalam perbuatan – perbuatan buruk (parameter manusia) karena dorongan nafsu yang terkendali dan tak terkendali. Manusia memiliki kebebasan penuh untuk melakukan pilihan hidupnya dengan di bekali nafsu, hati (bukan organ), dan akal untuk menentukan kemana arah yang akan dia pilih.
erjerumus dalam perbuatan – perbuatan buruk (parameter manusia) karena dorongan nafsu yang terkendali dan tak terkendali. Manusia memiliki kebebasan penuh untuk melakukan pilihan hidupnya dengan di bekali nafsu, hati (bukan organ), dan akal untuk menentukan kemana arah yang akan dia pilih.
2. PENDAHULUAN
Konsepsi tentang manusia memang sangat complex terutama pada permasalahan ruh dari manusia iti sendiri Al – Farabi yang menyempurnakan konsepsi ruh dari Aristoteles3 dan Plato4 yang mengatakan bahwa ruh manusia terdiri dari tiga macam ruh yaitu Pertama, ruh tumbuhan yang mempunyai sifat memamah biak (makan, minum) dan berkembang biak, kedua, ruh binatang yang bersifat mengamati dengan panca indra dan bergerak ,Ketiga, ruh manusia yang bersifat berfikir (manusia dianugrahkan akal fikiran). Manusia sebagai mahluk yang memiliki ruh yang sempurna tersusun oleh tiga komponen besar yaitu akal pikiran, nafsu dan qolbu yang saling berkaitan. Dari ketiga komponen ini memiliki fungsi dan peran masing masing. Nafsu yang berperan aktif untuk mempengaruhi manusia untuk melakukan sesuatu, akan tetapi keberadaan dari nafsu itu sendiri selalu tampil membahayakan karena selalu mengarah dalam pengejaran kepuasan dari diri manusia.
Oleh karena itu disinilah fungsi dari qolbu ( hati nurani) yang selalu mengarah kepada kebaikan (ingat argument moral Immanuel kant) dan mengendalikan nafsu. Sedangkan akal pikiran berperan untuk merasonalisasikan argument – argument dari nafsu dan qolbu hal ini bukan berarti akal pikiran tidak memihak. Akal pikiran akan memihak berdasarkan konsumsi dari akal pikiran tersebut (ilmu pengetahuan dan pengalaman).
Memang permasalah dari manusia adalah pada nafsu, karena nafsu cenderung arogan, egois, dan tidak terkendali. Dalam Agama Islam nafsu dibagi menjadi delapan tahap yaitu :
1. Nafsu Amarah : Jiwa yang belum mampu membedakan antara baik dan buruk. Nafsu ini suka melakukan tindakan penghianatan dengan akibat yang tidak terpuji, karena dia enggan untuk menerima kritik dan saran.
2. Nafsu Lawwamah : Jiwa yang telah memiliki keinsyafan dan penyesalan setelah melakukan kesalahan, karena dia belum mampu mengendalikan sifat jahatnya.
3. Nafsu musawwalah : jiwa yang mampu membedakan baik dan buruk akan tetapi keburukannya tidak dilakukan terang – terangan karena dia sudah memiliki rasa malu walaupun hanya pada orang lain.
4. Nafsu mutmainnah : jiwa yang telah mendapatkan pengarahan dan tuntunan serta pemerliharaan yang baik. Dan akalnya berfungsi sebagai penimbang yang baik.
5. Nafsu mulhammah : jiwa yang memperoleh ilham dari Allah SWT, dia dikaruniai ilmu yang baik dan diperhias dengan akhlakul karimah.
6. Nafsu Raadhiyah : jiwa yang diridoi oleh Allah, dia pun dikaruniai ilmu yang baik dengan akhlak yang terpuji.
7. Nafsu Mardiyah : jiwa yang diridoi oleh Allah, dia pun dikaruniai ilmu yang baik dengan akhlak yang terpuji, serta mempunyai keihlasan, dan selalu berzikir kepada Allah SWT dengan kemuliaan.
8. Nafsu Kaamilah : jiwa yang sudah sempurna bentuk dan dasarnya.
Dari delapan tahap inilah manusia akan berproses. Sedangkan untuk mencapai kesempurnaan seperti nabi Muhammad SAW yang sudah sampai pada tahap ke-8 memang sangat sulit. Akan tetapi tidak mustahil seandainya manusia biasa tidak bisa menuju kesana. Karena Allah tidak akan merubah suatu kaum sebelum kaum itu merubahnya sendiri.
3. PARADIGMA BRAIN ANTARA NEUROSAINS DAN AL QURAN
Kita sering mengatakan dan mendengar bahwa manusia adalah mahluk yang paling sempurna di dunia ini, apakah kita tau dimana letak kesempurnan dari manusia itu sendiri? Pertanyaan ringan ini belum tentu semua manusia dapat menjawab dan menjelaskannya. Ketika manusia sudah mulai berfikir tentang exsistensinya maka muncullah teori – teori tentang kesempurnan manusia, salah satunya pembahasan tentang otak manusia baik secara organ maupun non organ. Munculah teori tentang IQ (Intelegence Quotient) yang di perkenalkan oleh William Stern, pendapat ini dibantah oleh Daniel Goleman yang nyatakan IQ hanya menyumbangkan 5-10% saja dari kecerdasan manusia kemudian diperkenalkanlah konsep baru EI (Emosional Intelegences), Howard Gardner memperkenalkan Teori MI (Multiple Integence) yang menggabungkan antara IQ, EQ dan SQ dan masih banyak lagi konsep – konsep tentang otka manusia. Dalam teori MI disebutkan ada tujuh jenis kecerdasan yang harus dimiliki sebagai kunci sikses : linguistik (berbicara), Matermatik, spasial (pengenalan ruang), Kinestetik(gerak tubuh), musik, people smart (antar pribadi), self smart ( interpribadi), natural, eksistensia, dan spiritual dimana setiap orang memiliki kecerdasan yang berbeda – beda.
Di Indonesia otak masih menjadi raksasa tidur yang belum di kelola secara matang. Secara kodrati manusia di berikan nafsu, akal (nous), nurani yang kesemuanya itu terinclude dalam Intelegen, emosional dan spiritual. Yang sekarang masih umum di kembangkan di Indonesia adalah Iqnya saja terlihat dari metode – metode pendidikan ang berlangsung di negara kita ini, yang mnjadi parameter kecerdasan adalah yang pandai matematika dan bahasa bagai mana dengan yang pandai musik, olahraga,linguistik yang belum ada penilaianya. Manusia jauh lebih canggih dari sebuah komputer pentium 4 yang tercanggih saat ini. Otak manusia adalah alam semesta mini karena di dalam otak terdapat lapisan – lapisan yang terus berkembang dengan bertambahnya pengetahuan dan pengalaman (interkoneksi antar sel syaraf (10 – 15 miliar neuron) dalam otak).
Otak tersusun dari kumpulan neuron, dimana neuron merupakan sel saraf panjang seperti kawat yang mengantarkan pesan-pesan listrik lewat sistem saraf dan otak. Sel-sel pada suatu daerah otak menghubungi bagian-bagian tubuh yang lain secara kontinyu dan otomatis. Neuron ini mengirimkan sinyal dengan menyebar secara terencana, semburan listrik terhentak-hentak yang membentuk bunyi yang jelas (kertak-kertuk) yang timbul dari gelombang kegiatan neuron yang terkoordinasi, dimana gelombang itu sebenarnya sedang mengubah bentuk otak dan membentuk sirkuit otak menjadi pola-pola yang lama kelamaan akan menyebabkan bayi yang lahir nanti mampu menangkap suara, sentuhan, dan gerakan Secara global otak manusia dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu :
• Proencephalon (forebrain,otak depan)
Dalam otak depan ini ada dua bagian penting yaitu cerebrum (otak besar) yang dua belahan besar yang disebut hemisfer kanan (musik, kinestetik, spasial, fantasi) dan kiri (linguistik, matematika, sain, menulis, logika) diluar hemisfer ada bonghan –bongkahan (lobus) yang saling membagi yang menyokong kulit otak yaitu lobus frontal yang (dahi) yang berfikir , mengonsep dan merencanakan, lobus temporal (seputar telinga) yang bertanggung jawab terhadap persepsi suara dan bunyi, lobus pariental (puncak kepala) kegiatan berfikir terutama mengatur memori bekerjasama dengan lobus occipical (dibelakang kepala) yang mengatur kerja pengelihatan.
• Mesencephalon (midbrain,otak tengah)
• Rhombecephalon (hinbrain,otak belakang)
”Dualisme Otak ” Roger Sperry
BELAHAN OTAK | KIRI | KANAN |
---|---|---|
Pikiran | Abstrak, Linier, Analitis | Kongkrit, Holistik |
Gaya Berfikir | Rasional, Logis | Intuitif, Artistik |
Bahasa | Kaya kata – kata, kalimat, dan tata bahasa yang baik | Tidak ada tata bahasa dan kalimat, sedikit kata – kata |
Kemampuan memutuskan | Introfeksi, berkehendak, berinisiatif, mengenal diri, | Lowsence of self, kurang inisiatif |
Kekhususan Fungsi | Membaca, menulis, aritmatika, keterampilan motorik dan sensorik | Musik, mimpi yang dalam, imajinasi, seni |
Waktu | Sekuensial, terukur | Tak berwaktu |
Orientasi Spasial | Kurang aktif | Aktif untuk ruang atau gambar |
Aspek Psikoanalitik | Ego, Sadar, Super Ego | Ide, mimpi, asosiasi bebas, mimpi |
Tipe Ideal | Aristoteles, Max, Freud | Plato, nietsze |
Dalam Al Quran otak manusia juga menjadi bahasan yang penting akan tetapi bahasa Al Quran yang universal yang harus ditelaah lebih dalam. Dalam surat Al Anfal (8) ayat 22 :
”sesungguhnya, seburuk – buruknya mahluk melata disisi Allah ialah mereka yang tuli dan bisu, yang tidak menggunakan akal” berdasarkan ayat di atas ini dapat kita tafsirkan secara singkat bahwa kerja dan fungsi akal saja yang membedakan manusia dengan binatang, dan manusia dengan manusia. Menurut Yusuf Qardhawi, penyebutan dalam bentuk istifham inkari (pertanyaan retoris) seperti ’afala ta’qilun adalah hal menonjol dalam Al Quran yang bermaksud memberi motivasi, semangat dan dorongan kepada manusia untuk menggunkan akalnya. Semua kata diatas emberi penekanan pada esensi pikiran yang pasti melibatkan organ otak. Inventarisasi ayat – ayat Al Quran yang memakai kata – kata akal dapat kita klasifikasikan dalam tiga bagian :
1. Teologi yang bersangkut pada keimanan (fungsi spitual/ Qolbu),
2. Kosmologi yang menyangkut pemahaman dan keberadaan alam semesta baik mikro maupun makro (fungsi akal yang berfikir/ otak), 3. Moralitas yang menyangkut etika pribadi dan etika social (nafsu).
Dalam hadist dikatakan bahwa “dalam diri manusia ada segumpal daging, bila daging itu baik maka baiklah manusia itu, jika daging itu jelek maka jeleklah manusia itu”. Kata segumpal daging disini adalah kata benda bukan sesuatu yang abstak maka segumpal daging bukan qolbu yang selama ini kita pahami melainkan otak. Karena
1. Otak manusia seperti yang sudah disebutkan diatas memiliki tiga fungsi yaitu rasional logis, emosional intuitif, dan spiritual.
2. kita pandang akal secara fungsional berfungsi untuk menelaah, mengerti, mengambil pelajaran dari fenomena yang ada, fungsi moral yang membedakan baik dan buruk. Dalam daerah pelipis (regio temporalis) dan daerah dahi (regio frontalis) dalam otak manusia berfungsi membedakan baik dan buruk. Umat Islam percaya bahwa didalam dirinya ada ruh Tuhan yang dihembuskan disetiap diri manusia untuk menyempurnakannya. Jadi memang secara lahiriah setiap manusia pasti merasakan akan kehadiran Tuhan yang menyebabkan banyak filsuf yang mencari keberaan Tuhannya seperti Friedrich Wilhem Nietzshe, Max Plack, Charles Darwin, Al – kindi, Ibnu Rusyd, Nabi Musa, Al Hallaj, Syeh Siti Jenar, dan masih banyak lagi walaupun hasilnya tidak sama. Menurut Al Farraby yang membagi akal menjadi sepuluh bagian dalam istilah – istilah kosmologi, otak manusia mempunyai potensi untuk bertemu dengan Tuhan dengan memaksimalkan fungsi otak secara keseluruhan membawa akal menjadi akal aktif mencapai pada tingkal akal kesepuluh yang dapat kontak dengan jibril. Karena akal kesepuluh inilah yang merupakan pikiran Tuhan yang tercurahkan dalam ciptaan Nya.
Dalam neurosains Ada 4 tingkat kesadaran manusia, yaitu:
1. Tingkat Delta, tingkat tidur nyenyak, frequensi otak sekitar 0,5–3,5 Hz . Tingkat paling mudah disugesti, pada tingkat inilah cuci otak dapat dilakukan.
2. Tingkat Theta pada saat dia tidur dan bermimpi, dimana frequensi otak sekitar 3,5-7 Hz. Banyak terapi hipnotis dilakukan pada tingkat ini. Pada kondisi ini otak bekerja secara baik dan jernih. Meditasi adalah salah satu sarana untuk menciptakan kondisi tersebut, dalam islam sholat yang kita lakukan sehari – hari membantu untum membiasakan otak tuk mencapai tingkat ini untuk melahirkan ide – ide kreatif dan mencari jawaban yang buntu.
3. Tingkat Alpha, tingkat bawah sadar dimana frequensi otak mencapai antara 7-13 Hz. Tingkat keadaan bermimpi, imajinasi sangat tinggi melampaui batas2 rasional. Pada tingkat ini otak dalam kondisi paling kreatif, pada tingkat inilah anda dapat menyadap dan bergabung dengan energi / getaran yang ada di alam semesta.
4. Tingkat Beta, tingkat terjaga atau sadar penuh, disinilah pemikiran dua rasional akan bekerja secara maksimal. Pada tingkat ini frequensi otak bekerja sekitar 14-21 Hz.
Selain emat tingkat kesadaran yang diatas ada juga tingkat kesadaran yang mirip dengan akal kesepuluhnya Al Farabi yang disebut potensi spiritual dan hardware of God yang bermula dari Osilasi 40 Hz Denis Pare dan Rudolfo Llinas yang dikembangkan dalam SQ nya Danah Zohar dan Ramachandran yang menemukan God Spot yang bertempat di lokus temporal. Oleh karena itu dia berani mengatakan tuhan bertempat yang bersinggahsana dalam lokus temporal.
4. MANUSIA MAHLUK MERDEKA
Manusia sebagai mahluk sempurna yang memiliki akal pikiran, nafsu dan qolbu diciptakan didunia ini dengan kebebasan5. Dia dapat menentukan sikap dan prilaku bahkan masa depannya sendiri. Walaupun kebebasan manusia dibatasi oleh kemampuannya sediri (kodrat sebagai mahluk), akan tetapi manusia tetap bisa mengapai kebebasannya dalam mengekpresiakan hidupnya. Kata merdeka disini diartikan sebagai sesuatu yang tidak terikat oleh apapun, karena yang menentukan hidup manusia adalah manusia itu sendiri.
5. AGAMA DAN PENGETAHUAN MEMBERI KEBEBASAN
Saat manusia pertama kali menghirup udara dialam fana ini dibelum dikatakan memiliki kebebasan, dia masih terpenjarah dalam tirai nafsu yang belum bisa membedakan antara baik dan buruk karena hanya masih dalam tahap nafsu amarah6. Untuk dapat naik kedalam tahap – tahap berikutnya manusia harus memenuhi beberapa nilai – nilai yang akan mendukung meningkatnya kedalam tahap nafsu yang lebih tinggi. Agama sebagai penuntun manusia kedalam hidup manusia yang mulia mengajarkan segala parameter mana yang baik dan yang buruk. Hal ini akan meningkatkan kekuatan qolbu untuk bersuara keras mengkampanyekan akan kebenaran hakiki yang dititipkan Tuhan olehnya. Karena pada dasarnya qolbu hanya anak kecil yang polos yang belum terkontaminasi oleh apapun sehingga dia cenderung bersuara kecil untuk menyiarkan pendapatnya. Dan Nafsu yang merupakan kawan dari qolbu memang sangat egois dia ingin selalu dominant dan menguasai forum antara qolbu, nafsu dan akal. Nafsu ini memang sangat energik karena didorong untuk memenuhi kebutuhan dari diri manusia itu sendiri.
Sehingga kalau ada perdebatan antara nafsu dan qolbu, nafsu selalu tampil sebagai pemenang. Yang perlu diingat nafsu bukan berarti tidak bisa diarahkan untuk menjadi sesuatu yang bersifat positif. Karena nafsu sangat hormat dengan akal pikiran yang selalu memberikan pandangan dari nafsu dan qolbu. Oleh sebab itu pengetahuan adalah komponen yang sangat penting karena akal pikiran hanya sebagai tong kosong tanpa diisi oleh ilmu pengetahuan dan pengalaman. Refrensi yang digunakan akal untuk merasonalisasikan berasal dari dua komponen tersebut. Sehingga dengan hadirnya Agama dan pengetahuan kita tidak lagi terkungkung dalam kuasa nafsul amarah yang bersifat dictator tersebut. Karena kita akan mendapatkan pilihan – pilihan dalam hidup yang parameter dan refresinya bersumber pada agama dan ilmu pengetahuan yang kita miliki. Sebelum hadir kedua komponen tersebut kita hanya punya satu pilihan yaitu memenuhi keinginan nafsu saja dan akal tidak dapat berkata banyak dikarenakan persediaannya refrensinya masih sedikit.
6. MORFOSIS MENUJU MANUSIA SEMPURNA
Manusia ketika dia sudah menjalani kehidupan didunia dengan mendapatkan banyak pengalaman dan ilmu pengetahuan yang ditampung dalam alam pikirannya menyebabkan manusia itu sendiri bimbang dalam mengambil suatu keputusan. Walaupun dia sudah pernah mengalaminya. Sekarang kita akan mencoba merumuskan manusia pada saat mengambil suatu keputusan agar keputusan tersebut bernilai Benar.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa manusia dalam mengambil suatu keputusan dipengaruhi oleh tiga factor yaitu akal pikiran, nafsu dan qolbu. Untuk dapat mendapat rumusan tersebut kita akan membuka tabir yang mempengaruhi tiga factor besar tersebut. Maka dapat mengasumsikan
M = A + N + Q
Dengan keterangan:
M = pilihan manusia
A = akal fikiran >> merasionalisasikan >> pengalaman (P) dan ilmu pengetahuan
(Ip) dan variable (X). nilai X berlaku ketika manusia dalam keadaan terjepit
Maka : A = P + Ip +X
N = Nafsu >> keinginan baik dan buruk (hasrat)
Maka : N = yK dimana y = vector dari keinginan tersebut.
Q = Qolbu (hati) >> Nur Illahi >> keyakinan ( iman dan Taqwa) serta perasaan (R)
Maka : Q = Im + T + R
Dalam mengambil sebuah keputusan setiap manusia akan menggunakan ketiga komponen tersebut. Akan tetapi setiap situasi berbeda sehingga menyebabkan beberapa kemungkinan :
1. Keputusan : menjawab permasalahan – permasalah yang tidak mengarah pada sikap dan prilaku yang telah, sedang atau akan dilakukan.
karena dalam hal ini qolbu tidak berperan menjadi Q = 0 dan nafsu yang berperan mutlak bernilai positif maka N = +K dan X = 0
maka : M = A + N
= P + Ip + K…………………….(persamaan 1)
2. Keputusan non empiric : menjawab permasalahan – permasalah yang mengarah pada sikap dan prilaku yang telah, sedang atau akan dilakukan .
M = A + N + Q
P + Ip +X + yK + Im + T + R untuk mencapai kesempurnaan vector y harus bernilai positif.
Dalam kehidupan tidak selalu yang baik berasal dari qolbu (parameter publik) karena seandainya kalau qolbu terlalu berperan besar dalam hidup akan terjadi hidup yang romantis sehingga tidak ada ketegasan dalam bersikap dan qolbu tidak dapat berdiri sendiri tanpa di temani oleh nafsu dan akal. Oleh sebab itu ada beberapa situasi yang harus di perhatikan :
1. Tidak terjadi ghozul fikri antara qolbu dan nafsu. X bernilai 0 dan untuk mencapai hasil yang sempurna nilai R harus bernilai netral maka R = 0 serta y harus bernilai positif
M = A + N + Q
= P + Ip + X + K + Im + T + R
= P + Ip + K + Im + T……………………(persamaan 2)
2. Terjadi ghozul fikri antara qolbu dan nafsu. Dalam keadaan seperti ini semua komponen akan berperan aktif untuk memecahkan permasalahan dan biasanya nilai X akan ikut berperan.
M = A + N + Q………………( persamaan 3)
Dalam persamaan 1, 2, 3 ada beberapa permasalahan untuk diselesaikan untuk mencapai kesempurnaan. Seperti pada persamaan 1 nilai Q = 0 dan y bernilai positif dan pada persamaan 2 dan 3 tidak mungkin nilai – nilai tersebut secara ajaib langsung tercipta tanpa ada suatu sebab.
Untuk mencapai kesempurnaan pada :
• Persamaan 1
Q = 0 memang secara manusiawi akan terjadi karena memang dalam situasi ini qolbu tidak berperan secara penuh, karena hanya digunakan untuk pengendali nafsu agar nilai y bernilai positive. Contoh saat mengerjakan soal ujian 1 + 1 = dengan menggunakan pengetahuan yang kita miliki maka kita akan menjawab 1 sedangkan nafsu berperan sebagai motivasi untuk mencapai target yang kita inginkan. Tentunya nilai y = + untuk hal – hal yang baik untuk mencapai y = + dimana parameter kebaikan itu berada pada nilai Im dan T maka cara mendapatkannya adalah dengan cara meninggkatkan nilai Im + T. Maka y = + = sedangkan nilai X = 0 karena situasinya tidak memenuhi untuk X bernilai.
• Persamaan 2
Pada persamaan ini X bernilai 0 dan untuk mencapai hasil yang sempurna nilai R = 0 maksudnya nilai R tidak dominan karena Q = Im + T + R agar nilai R tidak dominan maka R < (Im + T) .serta y harus bernilai positif maka y = + =
• Persamaan 3
Pada persamaan ini semua komponen akan berperan aktif untuk memecahkan permasalahan dan biasanya nilai X akan ikut berperan karena nilai antara komponen dari Qolbu (Im dan T) dan keinginan (K) sebanding maka K = Im + T = X maka pada persamaan 3 nantinya nilai K = Im + T. Sedangkan nilai y yang masih memiliki dua kemungkinan yaitu positif atau negative untuk mendapatkan nilai y positif y = sedangkan untuk mendapatkan nilai y negative dengan cara menutup peran dari nilai Im dan T (menetralkan nilai Im dan T dari yang sudah ada) maka y = Im + T dan nilai R tetap harus tidak dominan maka R < (Im + T)
Berdasarkan penyelesaian diatas dan asumsi Im + T = a dan P + Ip = b maka :
Persamaan 1 menjadi M = b + K
Persamaan 2 menjadi M = b +K + 2a
Persamaan 3 menjadi M = P + Ip + X + yK+ Im + T + R
= b + K + yK + 2a
= b + K(y+1) +2ª
0 Opini:
Posting Komentar
silakan komen selama isinya nggak nyangkut SARA atau hal sensitif lain - karena saya sendiri nggak punya pengetahuan-nalar-logika yang mumpuni buat njaga agar nggak keluar jalur.