Minggu, 22 Agustus 2010

Kendali Cinta


"Jantung akan berdetak dengan cepat, hati terasa senang dan beberapa saat tersenyum gembira" inilah yang terjadi bila jatuh cinta.
Namun apakah kita mengetahui dari mana datangnya rasa cinta tersebut?
Rasa cinta telah lahir beribu-ribu tahun lamanya bersamaan dengan berkembangnya manusia di muka bumi. Manusia dapat mempertahankan ras nya karena adanya rasa cinta yang sebenarnya dipicu oleh zat kimia yang bernama feromon.
Feromon diambil dari bahasa yunani 'phero' yang artinya pembawa dan 'mone' yang artinya sensasi. Feromon merupakan zat kimia yang berasal dari kelenjar endokrin yang menyebar keluar dari tubuh dan digunakan oleh mahluk hidup terutama pada jenis hewan, zat ini merupakan alat komunikasi nonverbal dengan cara menyampaikan sinyal kimia melalui udara, hal ini mereka lakukan untuk mengenal individu lain, kelompok, menandai daerah kekuasaannya hingga mencari pasangan serta mempengaruhinya.
Pada manusia senyawa feromon dapat menimbulkan rasa ketertarikan antara dua orang berlainan jenis dengan bekerja sebagai pemicu dalam reaksi-reaksi kimia, ketika dua orang berdekatan dan bertatapan mata, feromon akan tercium oleh organ tubuh manusia yang paling sensitif yaitu VMO. VMO adalah organ dalam lubang hidung yang mempunyai kepekaan ribuan kali lebih besar daripada indera penciuman.
Para ahli kimia dari Huddinge University Hospital di Swedia meyatakan, feromon berperan dalam menghasilkan perasaan cinta dan gairah seksual. Terbukti bahwa saat melakukan penelitian terhadap reaksi otak 12 pasang pria wanita sehabis mencium bau senyawa sintetik mirip feromon, bebauan tersebut langsung bereaksi terhadap hormon estrogen pada wanita dan hormon testoteron pada pria. Feromon juga membuat seseorang kecanduan sehingga ingin melihat pasangannya atau orang idamannya sesering mungkin.
Saat seseorang jatuh cinta, maka otaknya akan mengeluarkan hormon dopamine dan hormon norepinephrine dalam jumlah yang banyak. Hormon dopamine adalah 'pleasure chemical' Yaitu hormon yang membuat timbulnya rasa bahagia yang luar biasa. Sementara hormon norepinephrine mirip hormon adrenaline. Memicu bagaian tubuh seperti jantung, pembuluh darah, dan kelenjar keringat, hingga mengalami gejala-gejala seperti deg-degan, muka memerah, keringat dingin, dan lain-lain.
Profesor Fisher dengan beberapa ilmuwan sesama peneliti dari University College London (UCL), London, Inggris, menjelaskan bahwa seseorang yang sedang jatuh cinta otaknya akan mengeluarkan hormon dopamine hormon norepinephrine dalam jumlah yang banyak, namun juga akan mengalami penurunan level penyaluran rangsang di antara sel-sel saraf otaknya, hal ini berimbas kepada Psikologi seseorang yang bersangkutan untuk selalu berharap dan berkhayal.
Di saat dua insan sudah mulai menjalin hubungan cinta tubuhnya akan menghasilkan hormon esterogen dan hormon testosyerone, Kedua hormon ini akan langsung bereaksi apabila seseorang bersentuhan dengan pasangannya, walaupun hanya sedikit, dan memicu hormon-hormon lain yaitu hormon oxytocin, hormon vasopressin, dan hormon endorphine yang tersimpan di dalam daun telinga. Semua hormon-hormon tersebut yang menyebabkan libido seseorang meledak-ledak dan tidak terkontrol. Inilah kenyataannya bahwa sebenarnya cinta memiliki bermacam-macam keunikan, menarik, menyenangkan namun juga berbahaya jika tak dapat dikendalikan. 

DAPATKAH ANDA MENGENDALIKANNYA?

Referensi:
Wyatt, T.D. Fifty years of pheromones. Nature 457, 262-263 Profesor Helen Fisher, the chemistry of love

0 Opini:

Posting Komentar

silakan komen selama isinya nggak nyangkut SARA atau hal sensitif lain - karena saya sendiri nggak punya pengetahuan-nalar-logika yang mumpuni buat njaga agar nggak keluar jalur.