Minggu, 22 Agustus 2010

Rahasia Kata

rahasia kata


Sang Raja adalah ALLAH
Junjungan adalah Rasulullah SAW
Ruh adalah aku
Langit adalah tempat ALLAH berada dan kadang berarti isteri gue
Jiwa, Permaisuri Istana (dari kampung) Langit, Penghulu Bidadari, Perawan Abadi, Wanita yang diberkati adalah isteri gue
Putera Mahkota atau Matahari adalah anak gue
Hati itu benda pengolah tanda dan gejala yang menghasilkan pengetahuan yang benar, atau kadang kata ganti dari anak gue
Akal itu benda yang terkait dengan cara bermain dengan para mahluk lain
Manusia itu status atau derajad yang diberikan oleh ALLAH kepada mahluk sempurna yang bisa mencerna kalimat ALLAH
Abaljan itu mahluk sempurna yang nggak minat, nggak ngutamakan agama
Tanda dan gejala itu bekal pengetahuan
Iblis adalah iblis laknat

Gue punya dasar alas sendiri kenapa dengan berani ngasih sebutan, kata ganti dan perumpamaan terhadap tiap-tiap subyek/diri itu, alasan yang gue harap bisa diterima sama keluarga, sahabat dan handai-taulan, atau paling tidak alasan itu dihormati dan dibiarkan karena tokh tidak punya pengaruh ke orang lain selain nyebut gue sebagai seorang yang angkuh atau sombong atau nggak nguasai kamus atau bahkan bahasa sendiri atau apalah itu kata ganti atas gue.

Kehadiran bayi mungil itu jadi tanda kalo masa penantian panjang yang kami (gue dan isteri) alami itu dipenuhi dengan segala sesuatu yang cantik: kesabaran, perbincangan, canda, perbuatan, lisan dan lain sebagainya… semua kerangkum jadi ibadah yang cantik.

Gue punya sejarah panjang yang nggak pantas untu diceritain panjang lebar, latar belakang, sejarah dan pengalaman yang bikin gue sadar dan tahu diri untuk hanya kembali sama ALLAH, Tuhan yang gue imani.

Gue dan bahkan pasti setiap orang diberi pengetahuan sendiri untuk hidupnya masing-masing, disibaknya tirai/kain dari jendela pengetahuan yang nutupi hati semenjak kelahiran di bumi oleh ALLAH untuk mahami sebab-akibat hidupnya masing-masing.

Dan bahkan udah dipersilakan juga gue untuk mbaca buku takdir… jelas.

Yang perlu gue lakukan cuma merunut kejadian yang udah dialami, ngingat kembali tanda dan gejala kejadian yang mungkin (biasanya) dilewatin padahal itulah tandanya atau itulah gejalanya.

Dari apa yang gue inget, apa yang gue inginkan (dalam permohonan yang baik dan nggak berlebihan) sebenarnya udah terjadi dan dikabulkan buat kita, berupa tanda dan gejala yang mesti kita rapihkan, potongan-potongan gambar yang terserak dan harus dibingkai, memang belum utuh dan mungkin nggak akan pernah utuh karena ruang dan waktu yang terbatas… tapi kelihatan dan dapat dibaca.

Tapi hal yang kayak gitu malah justeru semakin bikin gue takut, takut sama ALLAH.

apa gue sendiri yang bener-bener bisa ngeliat apa yang ditunjukkin sama ALLAH tanpa perlu penafsiran lagi? Apa dengan pengetahuan yang kita dapet itu bisa juga untuk mbantu kesulitan yang dihadapin sama orang lain? Penjelasan yang disampaikan ke hati dan langsung bisa dicerna sama indera dan disimpulkan sama otak sebagai sesuatu yang apa adanya tanpa terjemah dan tafsir.

Ternyata, dengan pengetahuan itu kita bisa mbantu orang lain, meski harus diolah dulu dengan kejadian yang nimpa orang lain supaya pengetahuan itu bisa sesuai dengan jalan keluar dari masalah.

Atau dengan pengetahuan yang udah kita terapkan itu kita bisa beritakan sebagai pengalaman yang bisa mbuka pintu pengenalan orang untuk bersemangat ngatasi masalahnya dengan baik dan kembali sama ALLAH.

Kenapa gue jadi sendiri setiap bilang apa yang kemudian jadi kenyataan?

oleh: Agung Pramono


1 komentar:

silakan komen selama isinya nggak nyangkut SARA atau hal sensitif lain - karena saya sendiri nggak punya pengetahuan-nalar-logika yang mumpuni buat njaga agar nggak keluar jalur.