Selasa, 22 Februari 2011

Malam ke 21-24

MALAM KEDUAPULUHSATU

Ah, Denayu tak tahu, betapa Centhini ingin kembali ke masa kebebasan itu. Tanpa basa-basi seperti sekarang ini. Menjadi kepompong yang dikekang oleh begitu banyak aturan yang mengekang kehidupan. Seolah berbincang dengan orang lain, dan saling mengukur ketinggian masing-masing. Jika aku terlihat dewasa, bukankah itu karena jiwa pengabdian, seorang centhi yang harus menyenangkan hati bendaranya?

Bukan hanya beranjak, tetapi Centhini sudah jauh lebih dewasa dari umurnya, begitu kata Centhini dalam hati. Sejak masa kanak-kanak telinganya sudahmendengar jauh lebih banyak kata-kata, dibandingkan dengan Denayu. Lahir dari kemiskinan, membuat lingkungan mendidik Centhini lebih cepat. Bahkan, bergaul dengan para perempuan bangkotan, dan para pasukan dapur di Panurtan, juga membuat Centhini lebih banyak mendengarwarna-warni kehidupan, melihat lebih beragam jeritan kepedihan.

Centhini melirik ke Denayu Tambangraras. Bendara putrinya yang cantik jelita. Adakah karna Denayu lebih beruntung daripada Centhini?


MALAM KEDUAPULUHDUA

Tapi, mungkin karena seperti hewan itu pulalah, maka di Wanamarta juga muncul ilmu katuranggan. Persis seperti lelaki menilai kuda, perempuan dinilai juga karena katuranggan-nya, ukuran dan bentuk tubuhnya. Bahkan, dari semua hal itu, seorang perempuan juga sudah diketahui, bagaimana dalam olah asmaranggama. Bersaresmi dalam hubungan suami-istri.

Karena itu ada istilah bibit, bebet, bobot untuk mengukur seorang perempuan itu pantas atau tidak pantas.

Centhini sendiri tidak mempercayainya. Karena, termasuk yang seperti apakah Centhini? Bongoh, piongeh, ndemenake, sumeh, kewes atau merakati? Rasanya tidak. Yang lainnya, susial, manis, atau jatmika?


MALAM KEDUAPULUHTIGA

Karena itu, siapa sesungguhnya Syekh Amongraga ini?

Buronan kerajaab Mataram, ataukah sebenarnya hanya bajingan biasa, dengan modal kepandaian dan ketampanan?

Tapi bagaimana mungkin, seorang dengan pengetahuan agama yang begitu tinggi adalah juga seorang bajingan? Atau, bagaimana jika memang itu dipakai untuk kedoknya? Betapa dengan demikian ia akan selamat, terhindardari kecurigaan, karena tak ada yang bakal percaya bahwa ia penjahat.

Dan Syekh Amongraga sedikit pun tidak mengumbar cerita, siapa sebenarnya dia. Seingatku, hanya sekali menceritakan siapa dirinya, yakni ketika hendak melamar Denayu, dan yang kedua, pada suatu malam, entah yang mana aku lupa, Syekh Amongraga bertutur mengenai Syekh Wali Lanang.

Centhini merasa Syekh Amongraga sengaja mempermainkannya. Dan Centhini tidak berani memakinya, meski dalam hati. Beberapa kali dia kena dikerjainya. Dan ia mengetahi apa yang Centhini katakan dalam hati. Karena itu terjadi beberapa kali, pastilah itu bukan sekedar kebetulan.

Apa yang akan dilakukan Syekh Amongraga? Meninggalkan Wanamarta, dengan alasan mencari kedua adiknya? Atau, mau meninggalkan Denayu Tambangraras, karena sudah memetik sari dan madunya keperawanan kembang desa Wanamarta itu?

Kalau demikian, memang benar-benar bajingan kelas tinggi.

Bagaimana segala rupa pengetahuan agamanya, hanya untuk menutupi seluruh kejahatan busuknya.

Benarkah begitu?

Sesuatu yang tentu kucatat baik-baik. Tidak akan pernah aku lupakan. Juga untuk memenuhi syaratnya. Ini adalah kepercayaan yang haruskujunjung. Tak ada sesuatu yang lain, kecuali memegang amanah itu.

Dan kini? Syekh Amongraga mengatakan sesuatu pada Centhini. Sesuatu yang rahasia. Dan Centhini harus menyimpannya baik-baik?


MALAM KEDUAPULUHEMPAT

Membicarakan orang lain adalah hal yang sangat menyenangkan, apalagi dengan mencari-cari kelemahannya. Karena dengan cara itu, kita kemudian menyodorkan diri kita, yang jauh lebih baik dari siapa pun. Bukankah begitu, ketika menemukan penderitaan orang lain, maka itu menjadi dasar kemenangan kita?

Yang pasti, Centhini kini jadi tk asabar dengan malam-malam di tajug panepen. Siapa tahu Syekh Amongraga akan kembali mendatangiku. Dan, kembali mengatakan bahwa aku akan menjadi bagian penting dari masa depan Wanamarta.

Tapi, ini bukan mimpi. Kau boleh iri. Kini malam-malam Centhini adalah malam-malam yang menggairahkan. Setidaknya, itulah yang Centhini rasakan. Dan, serasa tak sabar, selalu Centhini nikmati malam-malam itu. Berdua saja, Centhini dan Syekh Amongraga.

Adakah ini sebuah dongeng semata? Dongeng pengantar tidur? Entahlah, karena Centhini tidak merasa diantarkan untuk tidur. Justru mata Centhini lebih terbuka lebar, ada sebuah rahasia besar tergelar di depannya. Rahasia Syekh Amongraga, yang belum tentu seorang pun di Wanamarta mendengarnya.

0 Opini:

Posting Komentar

silakan komen selama isinya nggak nyangkut SARA atau hal sensitif lain - karena saya sendiri nggak punya pengetahuan-nalar-logika yang mumpuni buat njaga agar nggak keluar jalur.