Kamis, 15 Maret 2012

unabsolution of math

UNABSOLUTION OF MATH

Sejak kecil, gue (kita) diberitahu bahwa matematika itu adalah bidang eksakta (ilmu pasti), tapi saat ini gue malah nggak akan mau berpendapat demikian karena menurut gue yang betul adalah bahwa matematika itu hanyalah bidang ilmu yang harus diberi kepastian, dan bukan ilmu pasti... tapi bukan juga berarti gue bilang relatif (nisbi).

Awalnya gue bener-bener perhatikan sederet kalimat dari Albert Einstein yang bilang: ”relativitas itu hanya ada pada fisika, dan bukan etika”, menarik banget bukan?

Sejak itu gue mulai nelusuri pemahamannya lebih dalam dan ternyata secara konsisten diketahui bahwa pernyataan Einstein itu muncul setelah dia memperhitungkan secara keliru mengenai saat gerhana bulan (mungkin sedikit meleset pada angka desimal aja sih).

Ya, dalam fisika sekalipun akan terjadi pengalihan hitungan matematis, demikian pula dengan interaksi manusia.

A living math against luck!

Sejak kecil itu juga gue (kita) seringkali disodori persoalan baku seperti: “1 + 1 = …” semua angka telah disediakan bahkan dibuatlah juga permainan yang mengalihkan perhatian seperti halnya multiple choice (pilihan ganda), padahal jawabannya tidak ada yang lain selain angka 2 (dua) yang bisa dimasukkan dalam huruf a, b, c atau d dan seterusnya.

Dan ketika semuanya makin rumit maka segala rumus mesti dipahami, sekarang kita berbicara rumus yang mesti diterapkan untuk mengatasi masalah dengan beragam metodenya, dan bagi gue (subyektif memang) yang paling menarik adalah tentang metode penalaran dan logis-silogisme.

Didalam keduanya akan memperjelas alasan kenapa gue pilih judul/topik ini.

Memang ada rumus tapi tidak akan tersedia angka dan pernyataan sebagai premis-premis untuk menghasilkan suatu kesimpulan.

Nah, semuanya menjadi relatif karena kitalah yang harus menemukan sendiri premis-premis dan angka-angka itu dengan baik... sendirian.

Sesuatu kebenaran itu akan bernilai relatif karena secara individual kita mesti memiliki kepekaan sosial yang tinggi, dan inilah arti sebuah kecerdasan bagi gue.

Kita harus nemukan premis-premis dan angka yang baik untuk dapat menyimpulkan sesuatu situasi-kondisi dengan baik dan mendekati kenyataan agar penyelesaiannya mempunyai ”truth value” (nilai kebenaran) yang berbeda dengan kebenaran itu sendiri, karena bila tidak maka akan terjadi ”fallacy” (kekeliruan).

Truth value bukanlah kebenaran mutlak, akan tetapi sesuai dengan artinya secara harfiah yaitu ”mempunyai nilai kebenaran”... unabsolution of math.

There’s nothing such as choices, you can’t read destiny but you can write your life. Be smart to come near ALLAH and be the witness of HIS words, make them as the premises to put in place “if, so: conclusion”… and there you are, you can see the words dan know where HE put all of HIS promises in our livehood on earth.

oleh: Agung Pramono

0 Opini:

Posting Komentar

silakan komen selama isinya nggak nyangkut SARA atau hal sensitif lain - karena saya sendiri nggak punya pengetahuan-nalar-logika yang mumpuni buat njaga agar nggak keluar jalur.