Jumat, 07 Juli 2017

Ndeso

Ndeso itu visioner, pasti, mapan, dinamis & bijak.
Modern itu berputar, benturan, pembongkar-pasang, ragu & ramah.

Nah, sekarang kita baru sadar kan kenapa sejak kecil harus ditanamkan tata-krama, bukan dibebaskan lalu memperlebar masalah dimasa depan.

Modernitas itu berpikir mundur, mencari sebab tata-krama, terus berputar & membentuk anomali, bahkan bisa disusupi stratagem.

Ndeso itu ibu dari ilmu sosial sekaligus orangtua dari ilmu pasti, manusia adalah pendampingnya yang menjaga keberadaannya untuk diterapkan.

Modernitas tidak pernah bertanya kenapa 1 + 1 itu harus dipastikan menjadi = 2, tapi anehnya justru dengan lugu justru meragukan sebab timbulnya adab yang rumit, berliku & rentang waktu yang panjang.

Ndeso itu adab yang ditemukan dan matang untuk diterapkan setelah teruji dalam masa panjang dengan beragam keadaan demi rapihnya kehidupan manusia.

Parahnya, civilisasi itu diterjemahkan sebagai peradaban, padahal secara harfiah itu berarti pemasyarakatan.

Human rights diterjemahkan sebagai hak asasi, padahal secara harfiah berarti hak manusia.

Modernitas tidak pernah berpikir kenapa elang mendorong anaknya keluar dari sarang untuk belajar terbang, tapi meragukan akal-nurani dengan memaksanya untuk dapat membiarkan, memaklumkan & mema'afkan manusia dari menanamkan benih kejahatan melalui penjelajahan pengalaman hidup, nir batasan.

Ndeso itu berarti biasa aja, moderat bahkan ilmu terapan yang berwawasan luas, tapi karena ada sentimen, apriori dan kegagalan move on akibat dibenturkan dengan teori dari pengetahuan modern yang lemah premis maka kata ndeso ngalami perkembangan makna.

Ndeso itu berpikir sebelum bicara, dan bicara setelah pekerjaan selesai dengan baik supaya keterangannya bisa jadi ilmu untuk dibagi.

Modern itu bicara dulu sementara pikirannya masih berbentuk kerangka yang jauh belum berkembang, dan hasilnya seringkali tidak sesuai karena harus berhadapan dengan kenyataan lapangan.

Ndeso itu ilmu, modern itu teori.

Akhirnya, disatu titik akan tiba peradaban mencapai masa keemasannya, tapi ada kemudian masa dimana sebuah pondasi peradaban itu akan dibongkar lagi untuk mencari sebab kenapa adab itu muncul, dan itu berarti dengan meruntuhkan kehidupan yang sudah dibangun.

*ini tentang ndeso & modern, bukan perbandingan dengan angkot (orang kota)... menurut sai..ya..aa :)

Saya percaya "sang ndeso".

0 Opini:

Posting Komentar

silakan komen selama isinya nggak nyangkut SARA atau hal sensitif lain - karena saya sendiri nggak punya pengetahuan-nalar-logika yang mumpuni buat njaga agar nggak keluar jalur.