Jumat, 12 Januari 2018

Dzunnuraini

Dzunnuraini (pemilik dua matahari).

Ingatan itu menangkap apa yang sebenernya nggak pernah kita punya.

Aku nggak mungkin bisa ngelihat bulan malam kemarin, dan mustahil sekarang bisa ngerasakan kehangatan sinar matahari yang baru akan bersinar esok pagi.

Bersama dia yang dalam restu mendekat, dunya, taman indahku, dileburkan, laqabnya dzunnur'aini, si pemilik 2 (dua) cahaya, matahari.

Yang mengangkat tetes airmata kananku kelangit, memandangi bumi diantara awan dan tetes air dari mata kiri untuk pengairan benih dibumi, yang tumbuhannya menjulang kelangit.

Karena itulah aku bersyukur mempunyai 2 matahari yang memancarkan sinarnya ke taman perkebunan, sang taman yang dihibur 2 cahaya, Timur dan Barat.

Dan ketika aku diberikan taman perkebunan yang bersinar sejauh Timur dan Barat maka itu bukan sekedar amanah melainkan bekal dan janji rahim.

Dengan itulah maka hati mempunyai kehidupan, memahami maksud keberadaan, sampai waktunya untuk pulang, dikumpulkan kembali dikampung langit.

Hati itulah hadiah yang sebenarnya, khasanah tersembunyi.

Bukan akal yang terjebak kenyataan hidup, merasakan pedih, perih, menjauh dari kenyataan hidup, lalu membebaskan diri dengan membunuh hati, inilah kegagalan, pelarian yang dibenci.

Hati tidak akan terpenuhi dengan kenyataan, hanya sekedar hitungan khayal dengan sugesti, merekayasa kepastian dengan paksa dengan inisiasi seolah tenang, tidak... itu keterpaksaan, kegusaran yang ditutupi, inginnya menang sendiri dan menganggap paling baik, itu benar (kata dalilnya).

Saya hanya tukang kebun ditaman cahaya seluas Timur dan Barat.

0 Opini:

Posting Komentar

silakan komen selama isinya nggak nyangkut SARA atau hal sensitif lain - karena saya sendiri nggak punya pengetahuan-nalar-logika yang mumpuni buat njaga agar nggak keluar jalur.