Senin, 05 Maret 2012

di Langit Timur

di Langit Timur

gue coba keluar dengan bekal kerinduan tentang bumi, hmm.. langit malam ini hampir tanpa gemintang, agak mendung memang.

bulan mungkin masih gelisah nunggu saatnya dandan, sementara biar gue nikmati anggrek dengan harum sedap malam dalam khayal.

duh, rindu ini tersentak bayangan wijayakusuma yang masih kuncup.

mawar udah gak menuhi jaman, sekedar warna dan gak lebih.

besok gue mau si matahari cerita tentang bintang timur yang kemarin bermain di lingkar nebula.

aih, gerimis ini ngganggu cumbuan khayali bulan yang kupinang hanya disaat hari gelap.

duh, rintiknya hujan... aku memang Timur tapi bukan mereka yang mencari kehangatan tubuh pengantin saat dingin menusuk.

aku merindu hangat cumbu kekasih untuk bertahan dari dinginnya tatap dan rasa bumi, aku manusia yang tak terikat musim bumi.

aku tanah keimanan bukan makam sensasi.

bulan malah tersipu malu, pendar cahayanya malah membias tersentuh rintikmu, kainnya malah menyelimuti bukan tersingkap, tak ada syahadah.

kerlingan genit bulan, hmm... itu nggak bakalan tampak saat purnama.

hanya sensualitas tarian lah yang gue saksikan, nggak vulgar karena kecantikan warna perak aureola seperti kain yang tersingkap yang nutupi wilayah eros terjadi dengan anggun.

dendangnya syahwah tanpa wujud hewani, rotasinya melenggang sebagai lekuk-liku raga alami.

ia bundar namun pantulan khayali dibuatnya sebagai sihir aqli tergambar bidadari.
tapi bila mengerling, dia lebih terasa menggoda lagi

hampir terlewat nyaksikan cantik Purnama, huh.

syukur si Anggrek tetap hangat dengan memeluk-cengkram batu dan arang, hmm... tajem banget aroma Sedap Malam, mystical.

yeah, sembari nunggu kepastian sang Wijayakusuma yang hanya mekar selama 2jam di mid Oktober, wow! juga waktu Purnama sedang segar meski segera nguncup lagi.

bersama Langit yang meluk Matahari dalam rindunya akan Tsuraya

...kami berada begitu dekat - sangat dekat untuk saling ngerasakan nafas keimanan melalui kehangatan tubuh kami.

lirih gue tanya, "apa yang kamu genggam untuk membuat kamu bertahan, dinda? sementara aku nggak punya kuasa untuk itu"

dia ngejawab pelan dan pasti juga setetes airmata, jawabnya, "buah cinta yang Bunda pertahankan kesiapan wadahnya, sayang".

ya Rab, berbaiklah kepada wanita yang mempunyai kalimat itu.

setelah melahirkan Matahari (Mihewi) maka Permaisuri dari Istana di kampung Langit (Penghulunya Bidadari) akan melahirkan Tsuraya yang memenuhi keindahan arah pandang mahluk bumi di langit Timur.

heavenly princess a seed of eden, we raised an angel, what a preciouss love ALLAH sent our nurul 'aini. deep sincerity bowdown to ALLAH Azza wa Jalla'.

(Initial AP tanpa tafsir personifikasi, hanya huruf hiperbola aja - in an endless faithfull pray - a destinical hope)
oleh: Agung Pramono



0 Opini:

Posting Komentar

silakan komen selama isinya nggak nyangkut SARA atau hal sensitif lain - karena saya sendiri nggak punya pengetahuan-nalar-logika yang mumpuni buat njaga agar nggak keluar jalur.