Minggu, 22 Agustus 2010

Inner Sentence: The Dark One

Inner Sentence: The Dark One

…banyak pujangga yang nyoba ngerumuskan arti CINTA, dan nggak ada failosof yang nggak bicara tentang hakekat HIDUP.
Kita… orang awam yang belum layak mikirpun suka sekali mencari alasan untuk menang dengan berlindung didalam kalimat pujangga dan failosof itu, lalu sembunyi diantara kerumunan kelompoknya yang sepaham, menungu pemicu untuk saling menghancurkan.
Kenapa banyak banget orang yang tertarik dengan 2 (dua) kata “hidup dan cinta” ini?

Karena kita sebenarnya ngerti kalo kita adalah calon korban bagi masing-masingnya, mahluk yang siap membunuh mangsanya dengan kata-kata itu, kita adalah mahluk yang punya instinct membunuh paling kejam, anehnya berdarah hangat.
…dan kita juga usah tau kalo kita nggak pernah punya “hidup dan cinta” kecuali yang ada di khayalannya, kedua kata itu cuma dongeng sebelum tidur, yang kita bisa cuma memperlambat waktu untuk dibunuh, penuh pertanyaan dan ketakutan sambil nunggu matinya.
Kita nggak pernah tau cara bernafas tenang karena itulah kita mencari arti “hidup”, kita nggak punya kenangan dari perasaan yang menyenangkan, makanya nggak tau apa itu “cinta”.
Kamu kira aku cahaya? Itu berarti kamu belum tau apa-apa!
Aku menyaksikan terang karena aku pernah berada penuh di dalam kegelapan.
Permata berkilau itulah yang memancarkan rona minyak langit yang terkandung didalamnya sebagai bekal.
Minyak yang harus kusulut dengan api suci yang terkurung diruang syaghaf (misteri terdalam) –ku.
Permata yang merupakan wujud perawan dari kampung langit itulah yang sekarang menghangatkan hari-hari bumiku.

oleh: Agung Pramono

0 Opini:

Posting Komentar

silakan komen selama isinya nggak nyangkut SARA atau hal sensitif lain - karena saya sendiri nggak punya pengetahuan-nalar-logika yang mumpuni buat njaga agar nggak keluar jalur.