Kamis, 22 September 2011

terhadap Gafni

terhadap Gafni

“ah, terlalu cepat dia berkata, andai saja Gafni berpikir panjang tentu dia akan menahannya sementara waktu, kenapa dia membuka kembali lembaran shechinah?”
“mereka yang mendengar tentu teramat menerima, apalagi dalam keadaan sakitnya atau saat bodohnya, sementara belumlah mereka mendapatkan penawar bagi sakitnya”

“meski haruslah aku mengakui bahwa gairahlah yang dapat membukakan banyak kesenangan, keutuhan hasrat untuk menerima batas dunia yang seadanya, di sini dan saat ini saja”

“intisari kehidupan tidaklah lagi memiliki kesatuan pandang”

“tentang cinta, mungkin nanti Adam yang akan menyampaikan tentang kerugian yang kita dapat dari menukarkan surga dengan dunia kita”

“apa yang terjadi saat lembar shechinah terbuka? Semua, setiap orang mengadakan perburuan orgasme, yang sakit bergegas meredam deritanya dengan syahwat”

“malah jadi sekedar pelampiasan, pemuas nafsu yang dimaklumi, beristirahat dari ketegangan bumi, merumuskan sebuah kesenangan yang dapat mengimbangi kejenuhan rutinitas hidup, membangun surga dunia”

“semuanya memang bergairah, penuh hasrat, sayangnya tak ada satu pun suka cita penuh kasih dan pengenalan atas pemberi, penerima dan pusat perhatian”

“entahlan bila berdosa, yang kulihat hanya kekosongan, sia-sia, dan terkutuk”

“menikmati setiap keistimewaan, merasakan sensasi dari tiap keberadaan. Memang ia tak akan dibatasi oleh rutinitas peribadatan, melainkan lebih sempit, dan bahkan jauh lebih cenderung gelap. Yaitu dibatasi oleh anggapan belaka, ditingkahi dengan pikiran duniawi untuk menggambarkan keadaan surgawi. Ah, Gafni – lugu sekali engkau”

“Gafni, engkau malah menyanjung mahluk-mahluk angkuh dan bodoh. Lihatlah mereka, mengumbar nafsu, merayakan kesenangan, lebih hebat dari hewan tingkat rendah yang mereka kira leluhur, nenek moyang dari yang tinggi”

“Gafni, Gafni. Banyaklah yang tak berhasil, semuanya kembali purba. Engkau tahu itu, engkau simpan lembar sejarahnya, bukan? Atau, inikah yang memang kau inginkan?”

“Gafni sahabatku, bagaimana mereka akan mempertanggungjawabkan lisan, niat, dan perbuatan? Sementara engkau menyampaikan tafsir bahwa dosa adalah tentang keterpisahan dan kesendirian, rasa kesepian”
“tentu tidak akan bahagia nantinya. Bukankah persetubuhan adalah juga tentang kedekatan, bahkan tak berjarak?” “bukankah perzinaan juga tentang pelaku yang lebih dari satu?”

“ah, sahabat – engkau singkirkan perihal ikatan kesucian dari benak mereka. Mereka merasa menang, mereka merasa beralasan, dan mereka kini merasa memiliki seorang pembela yang hebat. Dan mereka telah memiliki dasar pemikiran untuk dimaklumi”

“akhiri kesendirian, jangan asingkan diri, bukalah pintu hati untuk yang lain, berbagilah dengan sesama. Tubuh adalah dinding pemisah yang harus diruntuhkan, karena ia adalah tipuan bagi indera, yang nyata hanyalah rasa yang hanya bisa dijadikan dengan peleburan. Indah sekali Gafni, mengharukan dan tak bisa disangkal”

“sadarkah engkau? Oh ya, tentu tidak, sedangkan engkau kini dalam puncak gairah menuju orgasme, ekstase.


oleh: Agung Pramono



1 komentar:

  1. Lahir dan besar di Massachusetts, Amerika Serikat, Rabbi Gafni memiliki gelar tertinggi di bidang filsafat. Orang disadarkan bahwa pesan-pesan teks-teks purba tersebut ternyata sangat relevan bagi kehidupan modern.

    BalasHapus

silakan komen selama isinya nggak nyangkut SARA atau hal sensitif lain - karena saya sendiri nggak punya pengetahuan-nalar-logika yang mumpuni buat njaga agar nggak keluar jalur.