Kamis, 22 September 2011

Gafni si Nabi(?) erotika

They wove bright fables in the days of old, When reason borrowed fancy's painted wings; When truth's clear river flowed o'er sands of gold, And told in song its high and mystic things! And such the sweet and solemn tale of her The pilgrim heart, to whom a dream was given, That led her through the world,– Love's worshipper, – To seek on earth for him whose home was heaven! And that bright spirit of immortal birth; Until her pining soul and weeping eyes Had learned to seek him only in the skies; Till wings unto the weary heart were given, And she became Love's angel bride in heaven (T. K. Harvey)

GAFNI si Nabi (?) Erotika

Eros, erotik, erotisme. Tiga kata yang memiliki akar dan nuansa yang sama: gelora semangat purba yang atraktif dan menggoda. Kata Gafni, eros adalah energi vital yang suci. Eros dan spiritualitas ternyata berkaitan erat secara mendalam. Maka, hidup yang erotik adalah hidup yang sakral. Tanpa eros cuma topeng-topeng saja yang membebani.

Hidup tanpa eros sepi dan kosong, meski terlihat sibuk, sesungguhnya aktivitas non-erotik itu adalah sebuah tarian hampa, orang mencari berbagai jenis gratifikasi seperti pesta narkoba, seks suka-suka, atau kekerasan massal bergemuruh. Namun, lagi-lagi, sebenarnya tak ada pesta, tak ada sukacita. Sebab ternyata, usai acara, semua pemesta kembali ke dunia nestapa.

Gafni memberi metafora. Seekor lebah terperangkap dalam botol. Dari luar, ia tampak menari-nari penuh gairah, dari sisi ke sisi. Ia terbang meliuk-liuk, dari dasar ke puncak. Namun, dari dalam sungguh malang. Sebenarnya tak ada tarian gembira. Tak ada liukan bergairah. Yang ada cuma usaha tanpa harapan. Pelan tapi pasti, sang lebah mati perlahan. Tercekik lunglai kehabisan oksigen. Kata Gafni, begitulah gaya hidup tanpa eros yang dilakoni individu, keluarga, dan organisasi: palsu, menipu, lalu mati pelan-pelan.

Tapi, bagai nabi, Gafni berjanji. Sesungguhnya kehidupan ini menawarkan kesembuhan bagi luka-duka-nestapa kita. Maka, jangan pedih lagi sebab tersedia senar bagi getar-getar ekstasi surgawi. Jangan perih lagi sebab terbuka akses bagi arus sukacita ilahi. Jangan sedih lagi sebab ada tarian baru: tarian eros yang penuh gairah dan cinta!

Siapakah Marc Gafni yang piawai berkata-kata indah mencekam ini? Marc Gafni dianggap sealiran dengan guru-guru spiritual dunia seperti Jalaludin Rumi, Scott Peck, dan Thomas More. Ciri utama mereka bukan fundamentalis bukan pula New Ager, tapi lebih bersifat ekumenis. Artinya, mereka berakar kuat dalam tradisi agama masing-masing, tapi cerdas menyapa jiwa umat dari berbagai agama lain, kita merasa terterangi oleh filsuf cerdas yang bijak bestari.

Lahir dan besar di Massachusetts, Amerika Serikat, Rabbi Gafni memiliki gelar tertinggi di bidang filsafat. Orang disadarkan bahwa pesan-pesan teks-teks purba tersebut ternyata sangat relevan bagi kehidupan modern.

Pindah ke Israel, Gafni mendirikan Bayit Chadash, sebuah padepokan spiritual yang mendedikasikan diri pada renaisans Yudaisme. Gafni juga adalah dekan dari Melitz Beit Midrash, sebuah think-tank yang berwatak pluralistik dan salah satu lembaga pemikiran tertua dan paling prestisius di Israel. Dia juga mengarang dua buku best-seller berbahasa Inggris tentang filsafat dan teologi, bukan novel tentang kisah cinta kawula muda.


Wujud sang eros
Dalam bahasa Ibrani, Eros adalah Shechinah, secara spiritual dipahami dan dialami sebagai Sang Feminin Agung. Bedanya, dalam konsepsi Yunani, eros berkarakter maskulin. Dikenal sebagai dewa kehidupan, cinta dan seks, Plato menyebutnya love plus.

Dalam spiritualitas Ibrani, yang erotik tidaklah semata-mata sinonim dari yang seksual, tetapi seluruh ekspresi kegairahan yang berkarakter ilahi dari dalam hati manusia melalui seksualitas. Secara umum eros adalah tarikan magnetik yang mengikat seluruh ciptaan dengan saling menghasrati pada elektron dan proton sehingga atom tercipta, pada sepasang kekasih sehingga anak terlahir, atau pada hati para mistikus sehingga ekstasi terjadi.

Namun, berabad-abad kemudian, kata erotik cuma berasosiasi dengan seksualitas saja, terjadi penyempitan makna. Dalam terminologi mistik Ibrani, disebut sebagai eros yang terbuang atau Shechinah dalam pembuangan. Istilah terbuang dan pembuangan diambil dari pengalaman sejarah bangsa Israel kuno yang pernah ditaklukkan dan ditawan Nebukadnezar, raja Babilonia. Bangsa yang terbuang merasakan hidup yang sepi, kosong, dan sesak, sehingga tak dapat berekspresi secara memadai.

Ke mana Shechinah atau eros terbuang? Jawabnya, ke wilayah seksual. Sekarang apa jati diri eros yang sejati itu, siapakah dia sesungguhnya?

Pertama, eros berarti berada di dalam. Terlibat secara erotik berarti masuk jauh ke dalam, terlibat total secara mendalam. Maka, semua aktivitas di mana kita mampu tenggelam total di dalamnya. Pada saat itu saya menyatu total dengan apa yang saya kerjakan. Saya bukan lagi penulis yang bersusah payah menulis tetapi telah lenyap menyatu dengan kegiatan menulis dan tulisannya. Saya adalah tulisan saya, dan tulisan saya adalah saya. Sungguh, eros adalah sumber kenikmatan tertinggi yang suci.

Kedua, eros berarti hadir sepenuhnya. Hadir berarti tampil penuh konsentrasi dalam sebuah percakapan atau kegiatan sehingga kita mampu memetik sukacita dan martabat darinya. Eros adalah kemampuan mengakses keabadian yang terkandung pada sebuah momen, dalam waktu yang serasa berhenti, saat semua momen-masa-lalu dan momen-masa-depan menyatu lebur dalam sebuah kekekalan subyektif.

Ketiga, eros adalah hasrat atau keinginan. Dalam Yudaisme, hasrat, keinginan, dan kerinduan adalah ihwal yang suci. Eros adalah hasrat menjadi, memperoleh, dan menikmati. Ketika hasrat yang autentik sudah tak ada lagi, maka itulah apatisme sejati. Orang demikian sedang menuju mati.

Keempat, eros ialah kesalingterhubungan dengan semua kehidupan. Rindu, keinginan dan hasrat selalu membisikkan bahwa kita saling terhubung. Kata religi (agama) berasal dari bahasa Latin, ligare, artinya hubungan. Gafni menyebut ajaran baru tentang eros ini sebagai tantra Ibrani. Dalam bahasa Sanskerta, salah satu makna kata tantra ialah memperluas. Jadi tantra Ibrani berarti memperluas dimensi eros, melampaui yang seksual, ke semua wilayah nonseksual kehidupan ini.


Ero-fantasia
Satu kualitas inti dari eros ialah imajinasi. Keistimewaan imajinasi terletak pada kemampuan memberi bentuk pada kebenaran-kebenaran tinggi yang berasal dari realitas ilahi. Bahasa dan rasio tak memadai melakukannya. Namun, imajinasi mampu. Dan bagaikan nabi, imajinasi akan membawa pesan-pesan ilahi, berbicara, dan bernubuat kepada dan melalui kita. Erotisme berimajinasi sudah terbuang ke wilayah seksual. Orang umumnya mudah berfantasi seksual, tapi sangat sulit berimajinasi di wilayah nonseksual. Artinya, erotisme berfantasi telah impoten pada arena-arena lain kehidupan ini di luar yang seksual.

Seperti eros, fantasi pun telah terbuang ke lembah seksual. Karenanya, kita pun kehilangan kemampuan membuat tampak, membayangkan, mengimajinasikan, dan mengembangkan visi-visi yang agung dan orisinal di bidang sosial, ekonomi, dan politik. Pemiskinan imajinasi yang erotik adalah terbuangnya Shechinah.

Kadang ini berarti meninggalkan kampung halaman dan merantau ke negeri orang. Namun, perantauan sejati tak harus berarti perpisahan dramatik dengan rumah dan masa lalu kita. Ia lebih merupakan perantauan imajinasi. Imajinasi adalah perkakas untuk merancang masa depan yang secara radikal berbeda dengan masa lalu dan hari ini. Hanya dalam fantasi dan reimajinasilah kita dapat mengubah realitas kita. Inti hampir setiap krisis adalah sebuah kegagalan berimajinasi.

Khidmat eros
Dalam sejarahnya, terutama di masa lampau, eros purba yang dipraktikkan bangsa-bangsa kafir tampil dalam bentuk ritus-ritus tanpa etika, di mana pada puncak ekstasi ibadah mereka, manusia, terutama anak-anak, dikorbankan di atas mezbah-mezbah para dewa yang diiringi dengan pesta orgial yang dahsyat.

Yahwe melalui nabi-nabiNya selalu melarang orang Israel mengikuti ibadah-ibadah demikian. Namun, lebih banyak tak berhasil. Sejak Salomo sampai pada waktu pembuangan ke Babel, pada sebagian besar kurun sejarah itu, mereka terpengaruh dan terjatuh ke dalam ibadah-ibadah kafir yang dicirikan oleh erotisme purba itu. Barulah sejak kembali dari Babel diadakan reformasi keagamaan dan sosial di bawah pimpinan Esra dan Nehemia.

Gafni mengibaratkan moralitas eros sebagai lingkaran dan moralitas etika sebagai garis. Dalam lingkaran murni, yaitu eros rendah, terdapat energi purba yang dahsyatnya tak mungkin dilawan justru karena dalam pusaran ekstasi eros tersebut orang mengalami keutuhan yang menyeluruh secara dahsyat. Sebaliknya moralitas garis, yaitu moralitas hukum dan etika, yang sebenarnya bertentangan dengan nature kemanusiaan kita, akan selalu gagal memenuhi tuntutan kontrak-kontraknya. Jadi, bagaimana sebenarnya hubungan antara eros dan etos? Jawabnya, seperti hubungan dua wajah koin yang sama, jiwa manusia pun selalu merindu sangat berat pada eros, selamanya.

Agar etika bisa dahsyat dan berwibawa, ia harus merupakan pengejawantahan erotik dari diri ilahi kita, bukan lawan dan penolakan. Etika akan mati tanpa eros dan eros tidak bisa hidup tanpa etika. Tujuan akhirnya adalah integrasi. Yang erotik dan yang etis, lingkaran dan garis, harus menyatu-padu sebagai ekspresi total kemanusiaan kita dalam lingkungan kehidupan ini. Dengan demikian, kita dimungkinkan menciptakan suatu masyarakat yang dicirikan oleh keadilan yang erotik, kebenaran yang erotik, dan kebajikan yang erotik.


(artikel dan gambar di edit dari berbagai sumber: wiki, dunia esai, catatan pribadi AP dan lain-lain koleksi)

6 komentar:

  1. memang yah mas dari dulu yang beginian sudah ada..
    makasih atas tambahan ilmunya..

    BalasHapus
  2. baru tau ada tokoh yg seperti ini. saya suka dengan cerita-2 seperti ini -- nambah ilmu pengetahuan :)

    BalasHapus
  3. koranya klasik juga nih ,.. cokallllattt... hahaha.... gambar nya gak kegedean tu mas ato kasi paragraff to mang di buat sepert itu hahahaha...

    BalasHapus
  4. hmm.. lgnsg berimajinasi dgn inisial M.O.
    wkakaka
    sy baru mampir di mari.. themenya menyatu asik..
    owy, kolomnya kepanjangan kayaknya.. klo di variasikan lagi kolomnya lebih asik lge kayaknya bacanya...
    ^_^

    BalasHapus
  5. Wuww Kerenn Banget GaN wkwkwkkwwkwk

    BalasHapus
  6. wah nggak taunya udah pada ngumpul disini, ya?
    ma'af saya teledor nyetting komennya jadi nggak tau kalo ada yang masuk (nggak biasa manfaatin fasilitas maksimal hehehe).
    makasih temen-temen - tengkiyu.
    segala masukan bakal saya bikin buat pengembangan selanjutnya - sip all, tengs tengs tengs...

    BalasHapus

silakan komen selama isinya nggak nyangkut SARA atau hal sensitif lain - karena saya sendiri nggak punya pengetahuan-nalar-logika yang mumpuni buat njaga agar nggak keluar jalur.